Sabtu, 29 Maret 2014

Tuduhan pelanggaran HAM adalah Kebohongan



Jakarta (ANTARA News) - Tuduhan negara Vanuatu bahwa terjadi pelanggaran hak asasi manusia besar-besaran di Papua adalah sebuah kebohongan yang justru melukai masyarakat di negeri "burung surga", kata mantan wakil menteri luar negeri Organisasi Papua Merdeka, Nicholas Messet.

"Pernyataan Kalosil merupakan sebuah kebohongan. Masyarakat Papua telah menolak tudingan itu karena tidak berdasar dan mengandung unsur politis terselubung," kata Nicholas di Jakarta, Rabu.

Sebelumnya, Perdana Menteri Vanuatu Moana Carcasses Kalosil meminta Dewan Hak Asasi Manusia PBB untuk melakukan penyelidikan formal atas pelanggaran HAM di Papua.

"(Masyarakat internasional) telah mengabaikan suara masyarakat Papua yang dilanggar hak asasinya dan dengan kejam direpresi oleh aparat keamanan sejak 1969", kata Kalosil di depan sidang hak asasi manusia PBB di Jenewa pada 4 Maret lalu.

Menurut Kalosil, pasukan keamaanan Indonesia telah melakukan serangkaian penyiksaan, pembunuhan, perkosaan, dan penangkapan kepada masyaraakat Papua serta memecah belah masyarakat di wilayah itu dengan operasi intelejen.

Namun di sisi lain, Nicholas mengatakan bahwa bukti foto-foto yang diklaim sebagai pelanggaran hak asasi manusia yang digunakan Kolasil sebagai dasar argumentasi adalah kejadian pada sekitar tahun 1970-an.

Bagi Nicholas, adanya pelanggaran HAM pada tahun 1970-an mulai dari Aceh sampai Papua memang merupakan fakta yang tidak bisa dipungkiri.

"Namun saat Soeharto turun dan era reformasi bergulir dan kebebasan demokrasi dikedepankan, pelanggaran HAM sudah tidak ada lagi," imbuh tokoh yang bergabung dengan NKRI tahun 2007 ini.

Nicholas mengatakan bahwa kondisi Papua saat ini sudah jauh lebih baik dibanding era Orde Baru tahun 1970an. Papua menurut dia sedang mengalami pertumbuhan ekonomi dan perkembangan infrastruktur yang baik, demikian juga dengan penegakan hukum.
 
Editor: Ruslan Burhani


LATMA KOMODO 2014 Di Wilayah Hotspot

Setidaknya ada 18 negara dan 40 kapal yang akan mengikuti Latma Komodo 2014 di wilayah Batam, Natuna dan Anambas. Indonesia sendiri akan mengerahkan unsur TNI AL, TNI AU, Polri, kesatuan penjagaan pantai (KPLP) departemen perhubungan dan satu kapal dari SKK Migas dengan jumlah persomil total 3000. TNI AL dalam kegiatan ini melibatkan 19 kapal perang antara lain jenis Sigma dan fregat serta jenis Parcim dan landing platform dock (LPD), froch.

Ke 18 negara peserta adalah 10 negara ASEAN plus 8 peserta undangan: India, Jepang, Korea, Australia, New Zealand, USA, China, dan Russia. Latihan bersama latma Multilateral Komodo dengan tema diselenggarakan pula dengan kegiatan Maritime Hospitality yang dikemas dalam bentuk Indonesia Maritime festival 2014 di mulai 28 Maret 2014.

Acara ini merupakan lanjutan acara sebelumnya yang berlangsung di Nusa Tenggara Timur pada 14 September 2013. Sail Komodo 2014 sendiri merupakan Sail ke-6 kalinya sejak 2009. Event internasional ini dimulai dengan penyelenggaraan Sail Bunaken 2009, Sail Banda 2010, Sail Wakatobi – Belitong 2011, dan Sail Morotai 2012.

Pemilihan Lokasi. 
Menarik melihat pemilihan lokasi Latma Komodo 2014 kali ini yang akan dilaksanakan di Batam, Natuna dan Anambas. Sebelumnya rencana Sail Komodo 2014 akan dilakukan di Raja Ampat, Papua, yang adalah juga merupakan lokasi wisata unggulan. Dan pilihan mengadakan Sail Komodo di lokasi-lokasi wisata unggulan adalah wajar mengingat acara ini selalu mempunyai dampak positif peningkatan ekonomi dari sektor wisata bagi daerah dimana pagelaran ini dilangsungkan.

Sukhoi Combat Range
Ketika kemudian lokasi diganti menjadi Kepulauan Riau di hadapan Laut China Selatan bisa diartikan pemerintah dan TNI mengejar nilai politis dan strategis selain nilai ekonominya. Cukup mengherankan ketika terdengan kabar bahwa Presiden SBY tidak akan menghadiri acara Latma Komodo 2014 yang sangat bernilai strategis tinggi dan luas ini.

Anambas adalah kepulauan di barat pulau Natuna yang pernah didaulat sebagai kepulauan yang paling indah se-Asia Tenggara. Merupakan destinasi wisata alam dan bahari yang kurang dikenal kebanyakan wisatawan dalam negeri namun merupakan surga bagi penggemar wisata bahari mancanegara. Kebanyakan paket wisata ke daerah ini malah dikuasai agen wisata dari Singapura dan Malaysia. Pagelaran latihan multilateral ini akan merupakan promosi tidak langsung bagi potensi wisata Anambas dan pada akhirnya akan meningkatkan kunjungan wisatawan. Hal ini bisa memancing industri lain masuk dan semakin ‘menghidupkan’ wilayah luar Indonesia ini. Dan hal tersebut juga merupakan nilai strategis bagi kepulauan luar mengingat sedang panasnya adu klaim beberapa negara di utara wilayah tersebut.

Seperti motto Latma Komodo kali ini “Cooperation For Stability”, memang itulah tujuan utama dari acara tersebut. Dengan ikutnya berbagai negara yang punya konflik kepentingan bahkan sengketa wilayah di dalamnya diharapkan akan bisa diselesaikan dengan mempertimbangkan kepentingan bersama, yaitu keamanan regional. Indonesia sendiri sering menjadi penengah dalam berbagai konflik negara-negara tetangga. Kehadiran tamu undangan dari berbagai kubu merupakan pengakuan terhadap potensi Indonesia sebagai penengah/penyeimbang di kawasan.

Barisan Shukoi Indonesia
Menarik juga jika dihubungkan dengan rencana pembangunan pangkalan militer di Pulau Natuna. Setelah rencana pembangunan pangkalan Angkatan Laut juga diumumkan pembangunan shelter pesawat tempur di Natuna. Komandan Pangkalan Udara Ranai, Letkol (Pnb) Andri Gandy, mengatakan pangkalan Udara TNI AU Ranai akan segera diliengkapi dengan jet tempur canggih Sukhoi. Untuk itu di pangkalan ini akan segera dibangun shelter Sukhoi di hanggar barat Lanud Ranai.

Lanud Ranai sendiri terletak di timur pulau Natuna besar dan berhadapan dengan LCS. Dan berita tersebut menambah sinyal menjadikan Natuna sebagai titik kekuatan TNI setelah sebelumnya KASAD mengatakan Apache akan ditempatkan di Natuna. Berita-berita tersebut muncul bersamaan dengan persiapan penyelenggaraan LATMA KOMODO 2014 ini.

Apakah ada strategi baru dari strategi pertahanan TNI? Apakah Sukhoi dan AH-64 E Guardian akan permanen berbasis di Natuna? Apakah TNI mulai flexing its muscle jauh ke luar wilayah pertahanan sendiri? Karena dari titik lokasi baru pangkalan pespur sekelas Sukhoi  terlihat lebih ‘mengancam’ ke luar daripada deterrence dan pertahanan wilayah. (NYD)


Obama: Mr Putin punya nasionalisme yang luar biasa

Vladimir Putin (kiri), Barack Obama (kanan)
JURNAL3.COM | WASHINGTON DC – Ketegasan dan keberanian Presiden Rusia, Vladimir Putin yang tidak mau tunduk pada tekanan Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa, pasca penggabungan Crimea, membuat Presiden AS Barack Obama memuji penguasa Kremlin itu.

“Terus terang saya ingin mengatakan kalau ada rasa nasionalisme yang luar biasa pada diri Presiden Putin. Sikap kerasnya seolah mengatakan Barat telah mengambil keuntungan dari Rusia di masa lalu dan kini ia ingin dunia tahu bahwa Mr Putin akan membalik semua itu,” ujar Obama, dilansir CBS News, Sabtu (29/03/2014).

Menurut Obama, sikap Putin telah menunjukkan rasa kehilangan atas kejayaan Uni Soviet dan Putin ingin menunjukkan Rusia bisa menggantikan peran Uni Soviet.

“Tapi saya juga katakan seharusnya ia tidak kembali pada praktik lama itu. Semua tahu ini akan mengembalikan situasi dunia dalam era perang dingin,” lanjut Obama.

Pernyataan Obama kali ini sangat merendah dan diduga untuk mengambil simpati dan perhatian dari Putin.

“Berulangkali saya katakan adalah bahwa Mr Putin mungkin telah salah paham ke Barat. Dan pastinya ia juga menyalahkan kebijakan luar negeri Amerika. Kami tidak punya kepentingan untuk mengitari Rusia dan kami tidak punya kepentingan di Ukraina selain membiarkan rakyat Ukraina membuat keputusan sendiri,” lanjut Obama.

Pasukan Rusia didaerah Perbatasan
Karena itu, guna menurunkan tensi ketegangan, ia mendesak Rusia harus menarik mundur pasukannya dari perbatasan Ukraina dan mulai melakukan perundingan dengan semua pihak.

Sejauh ini Kremlin menegaskan menolak berunding dengan Ukraina dan telah menegaskan bahwa Crimea adalah bagian dari Rusia yang tak terpisahkan.@cbs


Putin : Obama Angkat Senjatamu Kita Perang

Presiden Barack Obama (kiri), Presiden Vladimir Putin (kanan)
CRIMEA:(DM) - Langkah NATO yang melakukan penyebaran pasukan di sepanjang perbatasan Rusia-Ukraina, direaksi keras Presiden Rusia, Vladimir Putin, dengan sebuah tantangan perang.

Ini menyusul sikap mendua Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama, yang menolak penggunaan kekuatan militer untuk mengembalikan Crimea ke Ukraina, namun di satu sisi memerintahkan pengerahan kekuatan militer besar di perbatasan Belarus.

“Jika anda (obama) adalah pemimpin, jangan ragu saat mengerahkan pasukan. Angkat senjata anda dan lawan kami. Jangan menjadi badut yang menjual ancaman tapi tidak melakukannya,” tegas Putin, dilansir Inter-fax, Kamis (27/03/2014) di Kremlin, Moskow.


USS Washington
Putin juga mewanti-wanti NATO untuk tidak mengirimkan pasukan ke Ukraina khususnya ke Transnistria di Moldova, dengan alasan untuk mencegah serangan Rusia propinsi itu.


“Jangan pernah mengarang cerita menyeramkan. Rakyat di wilayah itu masih ingat 1000 orang meninggal karena serangan NATO. Tidak ada jejak darah Rusia di sana, jangan mencoba menjadi orang suci padahal tangan kalian berlumuran darah,” lanjut Putin.

Pernyataan paling keras Putin itu menimpali pernyataan Presiden AS Barack Obama yang memastikan Washington tidak akan menggunakan kekuatan militer terhadap Rusia untuk mengembalikan Republik Otonomi Crimea kepada Ukraina.

Bahkan Obama berjanji bahwa AS akan menggunakan kekuatan militer untuk membela negara NATO manapun dan mengirim peringatan ke Rusia, salah satunya pengerahan kekuatan militer NATO di dekat perbatasan Rusia-Ukraina.

“Namun untuk kasus di Crimea, saya pikir kekuatan militer tidak akan digunakan untuk mengembalikan Crimea ke Ukraina, yang bukan anggota NATO dan tak ada harapan Crimea bisa dilepaskan dengan cara kekerasan,” dalih Obama, seperti dilansir CBS News.

Obama secara terbuka mengakui bahwa AS dan sekutunya hanya memiliki pilihan sangat terbatas untuk menekan Rusia.


Putin Perintahkan Rudal Nuklir Bulava “On Fire”


Urusan gertak menggertak dengan todongan senjata ternyata bukan hanya didominasi Amerika Serikat (AS) saja.

Pasca PBB menjatuhkan resolusi yang menyebut referendum dan penggabungan Crimea ke Rusia adalah ilegal, lewat perintah rahasia Moskow dikabarkan menyiagakan Pasukan Rudal Strategis (SMF).

Tak tanggung-tanggung, kapal selam Yuri Dolgoruky, yang membawa rudal nuklir Bulava, seperti dilaporkan Inter-fax, Jumat (28/03/2014) juga diperintahkan meninggalkan pangkalannya di Severodvinsk di utara Rusia.

Dilaporkan, perintah rahasia kepada Departemen Pertahanan itu langsung datang dari Presiden Rusia Vladimir Putin. Namun pihak Kremlin tidak bersedia berkomentar tentang perintah rahasia itu.

Ada dugaan, pergerakkan Pasukan Rudal Strategis dan dilayarkannya kapal selam Yuri Dolgoruky adalah untuk menggertak AS dan Eropa, menyusul sikap Barat yang kini terang-terangan menunjukkan permusuhannya dengan Rusia.

Yang menarik, dari sekian kapal selam pengangkut rudal nuklir milik Rusia, Departemen Pertahanan hanya memerintahkan kapal selam Yuri Dolgoruky.

Karena selain membawa rudal Bulava, senjata nuklir terkuat di dunia saat ini, kapal selam Yuri Dolgoruky ini adalah kapal selam yang paling ditakuti AS dan NATO karena pergerakkannya sulit dideteksi radar.

NATO menjuluki kapal selam Yuri Dolgoruky ini sebagai “The Silent Killer”, karena kecanggihannya hilang dari pantauan radar militer musuh dan dapat meluncurkan rudal Bulava berdaya jangkau 10 ribu kilometer dari perairan manapun di dunia.

Bulava mampu membawa 6 hingga 10 hulu ledak nuklir yang masing-masing berkekuatan 100-150 kiloton. Sebagai perbandingan, bom “Fat Man” yang dijatuhkan Amerika Serikat di Hiroshima hanya berkekuatan 22 kiloton.

Bulava menggunakan bahan bakar padat untuk dua tahap pertama penerbangannya dan kemudian bahan bakar cair untuk tahap ketiga.

Rudal ini didesain untuk mampu bertahan dari ledakan nuklir dikisaran 500 meter dengan spesifikasi panjang 11,5 meter (tanpa hulu ledak), diameter 2 meter, berat 36.800 kg.


100 Ribu Pasukan Rusia Tunggu Perintah Perang Putin
Iring-iringan Pasukan Rusia
Meski sudah dijatuhi sanksi oleh Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa, Rusia tetap cuek dan terus menunjukkan kekuatannya sebagai negara adidaya militer.

Kini, sebanyak 100 ribu pasukan Rusia di perbatasan Ukraina tinggal menunggu perintah Presiden Vladimir Putin untuk melakukan serangan ke dalam wilayah Ukraina.

Ketua dewan keamanan nasional Ukraina, Andriy Parubly, dilansir VOA, Jumat (28/03/20140)) dalam teleconference jarak jauh dengan Presiden Barack Obama dan pejabat tinggi di Washington, mengatakan, Rusia telah menempatkan 100 ribu tentara di perbatasan Ukraina di utara, selatan, dan timur.

“Pasukan Rusia saat ini dalam kesiagaan penuh untuk menyerang, tinggal menunggu perintah Putin dan mereka akan menyerang masuk ke negara kami,” ujar Parubly.

Dalam menjawab penjelasan itu, Presiden Obama mengatakan, info dari Departemen Pertahanan AS menyebut Rusia memang terus memperkuat pasukannya di tiga wilayah perbatasan itu, namun hingga kini maksud penempatan pasukan itu masih tidak jelas.

“Kami belum bisa memastikan apakah pasukan besar itu akan menyerang atau tidak. Semuanya masih teka-teki dan kita menunggu serta mengamati apa yang terjadi di sana,” timpal Obama.

Pemerintah Rusia sendiri, pasca Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan pasukan itu hanya melakukan “latihan musim semi” minggu lalu, hingga kini sudah tak memberikan penjelasan terbaru mengenai meningkatnya jumlah pasukan di perbatasan Ukraina.


Jumat, 28 Maret 2014

FOTO : Airbus A400M



Airbus A400M adalah pesawat transport militer bermesin empat turboprop. Pesawat ini dirancang oleh divisi militer Airbus untuk mengganti atau melengkapi pesawat yang digunakan dalam peran angkutan udara taktis. Terbang perdana pesawat ini, mulanya direncanakan awal tahun 2008, dilaksanakan pada 11 Desember 2009. 

Pembuatan A400M pertama kali disetujui oleh anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), yaitu Jerman, Spanyol, Perancis, Inggris, Turki, Belgia, dan Luksemburg. A400M, yang berharga 100 juta dollar AS, dapat terbang setinggi 12.000 meter serta dapat mendarat di landasan pendek dan tidak mulus.

Baling-balingnya memiliki kekuatan 11.000 tenaga kuda dan merupakan mesin yang paling kuat yang dibuat di luar Rusia.