Peran SARpur (SAR/search and rescue
Tempur) atau combat rescue adalah bagian dari kemampuan yang dimiliki Korps
Paskhas TNI AU. Saat terjadi kecelakaan yang melibatkan pesawat
udara/helikopter, kemudian lagi jika muncul situasi pilot jatuh di behind enemy
lines, maka tim penolong harus punya kemampuan SAR dan tempur secara
bersamaan. Andalan untuk misi SAR tempur yang paling dominan tak lain adalah
helikopter.
TNI AU pun sudah punya pengalaman
panjang dalam misi SAR tempur, dukungan ‘jembatan’ udara dalam operasi Seroja
menjadi medan pembuktiannya bersama dengan satuan heli lain di lingkungan TNI
AD. Dan, belakangan untuk menunjang misi SARpur TNI AU mempercayakan pada heli
lawas jenis S-58T Twinpac, SA-330 Puma, dan NAS-332 Super Puma. Kesemuanya
tak ada masalah untuk menunjang misi SARpur, namun untuk menyikapi tantangan
dan potensi ancaman yang terjadi kedepan, ketiga heli tersebut dinilai menjadi
kurang ideal, pasalnya ketiga heli hanya dilengkapi persenjataan konvensional
(sebatas senapan mesin dan roket) tanpa bekal perangkat elektronik, sensor, dan
navigasi yang menunjang.
Perancis sangat mengandalkan heli ini dalam misi combat rescue. |
Super Cougar dibekali dua pucuk FN MAG
kaliber 7,62 mm sebagai door gun.
Sementara disisi lain, negara tetangga
seperti Malaysia dan Singapura sudah lebih maju dalam adopsi heli angkut
taktis. Menyikapi kebutuhan update pada lini heli angkut taktis untuk misi
SARpur, TNI AU pun telah mengambil ancang-ancang sejak lama untuk mengadopsi
jenis helikopter baru. Yang dilirik pun punya ternyata punya ‘benang merah’
dengan heli sebelumnya, yaitu EC 725 Super Cougar buatan Eurocopter. Dirunut
dari pengembangannya, Super Cougar tak lain adalah hasil pengembangan dari AS
532 Cougar, sementara AS 523 Cougar adalah update versi militer dari NAS-332
Super Puma.
Super Cougar dibekali dua pucuk FN MAG kaliber 7,62 mm sbg door gun. |
Kedatangan Super Cougar bukan isapan
jempol, dipastikan pada tahun 2014 ini akan diserahkan secara bertahap 6 unit
EC 725 pada TNI AU. Total jumlah Super Cougar yang dipesan ada 16 unit dengan
jadwal penyerahan hingga tahun 2015. Seperti halnya heli AS 565 Panther TNI AL dan heli AS 550 Fennec yang juga buatan Eurocopter, maka
Super Cougar juga akan dirakit oleh PT. Dirgantara Indonesia. Terkait kerjasama
dengan Eurocopter, PT DI kebagian peran untuk menjadi pembuat komponen fuselage
(badan utama) dan tailboom (ekor) EC-725.
Tampak pada sisi kiri, Super Cougar membawa peluncur
roket Forges
Zeebrugge 2.75
inchi. Dalam satu peluncur
dapat ditempati 19 roket.
|
Skadron 9
TNI AU sudah mempersiapkan secara matang kedatangan Super Cougar, yakni dengan pembentukan skadron baru, yaitu skadron udara 9 yang akan bermarkas di lanud Kalijati – Subang, Jawa Barat. Dengan hadirnya skadron 9, menjadikan TNI AU nantinya berkekuatan tiga skadron heli angkut berat, yaitu skadron 8 yang ditempati SA-330 Puma dan skadron 6 yang ditempati NAS-332 Super Puma.
TNI AU sudah mempersiapkan secara matang kedatangan Super Cougar, yakni dengan pembentukan skadron baru, yaitu skadron udara 9 yang akan bermarkas di lanud Kalijati – Subang, Jawa Barat. Dengan hadirnya skadron 9, menjadikan TNI AU nantinya berkekuatan tiga skadron heli angkut berat, yaitu skadron 8 yang ditempati SA-330 Puma dan skadron 6 yang ditempati NAS-332 Super Puma.
Selain punya label Super Cougar, nama
lain heli ini adalah EC 725 Caracal. Kemampuan yang cukup mencolok dari heli
dengan dua awak ini (pilot dan co-pilot) adalah kebisaan untuk melakukan
pengisian bahan bakar di udara (air refuelling). Berkat kemampuan
tersebut, heli ini disebut sebagai heli taktis jarak jauh. Metode isi bahan
bakar di udara pada heli ini menggunakan teknis hose, serupa dengan Hawk 200
dan Su-30
Sukhoi TNI AU. Dengan begitu, Super Cougar dapat menyusu
dengan KC-130B Hercules.
Dengan
kemampuan air refuelling, heli ini dapat terbang cukup lama.
|
Rotor utama dan tail rotor (ekor)
dilengkapi dengan hub spheriflex tahan benturan, dengan bearing antifriksi
metal yang tak perlu dilubrikasi. Rotornya sendiri tahan terjangan proyektil
dari kanon kaliber 20 mm dan senapan mesin berat 12,7 mm. Untuk melindungi
diri, terdapat pelapis baja untuk pilot dan co-pilot. Sementara gearbox bisa
terus berputar selama 30-60 menit. Dalam keadaan tanpa pelumas pun masih bisa
berputar 30 menit. EC 725 Super Cougar ditenagai dua mesin Turbomeca Makila
2A1, dimana tiap mesin dapat menghasilkan tenaga 1.776 kW atau setara 2.382 hp.
Rotor utama dilengkapi 5 bilah baling-baling. |
Untuk menunjang misi SAR Tempur , heli
Cougar dilengkapi dengan personnel locator system (PLS), yang bekerja
berdasarkan sistem encrypted communication homing, alat ini
berkomunikasi dengan komputer navigasi Avionique Nadir MK2 dari Thales yang
kemudian memilih moda navigasi. Dalam memudahkan observasi pada suatu sasaran,
Super Cougar dilengkapi dengan kubah pemantau pada pintu kabin, lampu pencari,
perangkat FLIR (forward looking infra red) pada sisi bawah hidung, dan
radar pendeteksi berjangkauan pandang luas dengan PLS. Awaknya dilengkapi
perangkat NVG (night vision goggles) generasi ketiga. Pendek kata,
kokpit Cougar yang serba digital sudah kompatibel dengan NVS (night vision
systems).
Heli
multi-role ini dilengkapi teknologi canggih seperti
LCD
multi fungsi 6″x8″
pada cockpit, terintegrasi dengan
peta
digital/peperangan elektronik, full glass cockpit, dll
|
Sebagai heli yang mampu mengembang misi
tempur secara total, Cougar juga dilengkapi dengan sistem peringatan peluncur
rudal (EWR), hal ini amat diperlukan mengingat heli banyak beroperasi di
wilayah konflik, ketika harus terbang rendah, maka potensi serangan dari rudal
panggul (SAM MANPADS) menjadi sangat berisiko. Tak hanya itu, heli ini juga
dapat dilengkapi dengan sistem pengacau infra merah dan radar serta flare
decoy, maklum ada beberapa rudal panggul yang mengandalkan pemandu infra red.
Kelengkapan tambahan lain adalah centrisep multi purpose air intake yang
memungkinkan helikopter dapat beroperasi dengan aman di wilayah gurun pasir
maupun medan berdebu. Nah, bicara soal main ‘debu’ sudah dibuktikan dengan
handal, tatkala heli ini dikerahkan secara maksimal dalam berbagai misi tempur
di Afghanistan.
Dari segi daya angkut, Cougar layak
disebut heli angkut sedang, meski di lingkungan TNI AU akan disebut sebagai
heli angkut berat dengan kemampuan membawa 29 prajurit dengan senjata lengkap,
atau dapat enam penumpang yang ditandu, ditambah sepuluh penumpang lain.
Tahun 2006, EC 725 Perancis dikerahkan
di Lebanon untuk membantu evakuasi personel, juga di Afghanistan. Dua EC 725
ditempatkan di Kabul sejak awal 2007 untuk mendukung operasi NATO internationa
Security Force. Lebih dari 95% operasi di Kabul menggunakan EC 725. Memasuki
tahun 2009, AD Perancis mengoperasikan EC 725 Super Cougar. Selain Indonesia
yang akan menerima Super Cougar pada tahun ini, negara lain yang sudah
menggunakan heli ini lebih dulu adalah AU Malaysia, AU Thailand, AU Tunisia,
AU/AL Meksiko, AU/AL/AD Brazil, AU/AL Perancis, dan AU Kazakhstan. (Sam)
Spesifikasi
EC 725 Super Cougar
Kru : 2 (pilot + co-pilot)
Kapasitas : 29 pasukan bersenjata lengkap dengan beban maksimum 5,670 kilogram
Panjang : 19,5 meter
Tinggi : 4,6 meter
Bobot kosong : 5,330 kilogram
Bobot tempur : 11,000 kilogram
Diameter rotor utama : 16,20 meter
Performance EC 725 Cougar
Kecepatan maksimal : 324 kilometer/jam
Kecepatan jelajah : 285 kilometer/jam
Jangkauan tempur maksimal : 1.325 kilometer
Ketinggian terbang maksimal : 6.095 meter
Kecepatan menanjak : 7,4 meter/detik
Kru : 2 (pilot + co-pilot)
Kapasitas : 29 pasukan bersenjata lengkap dengan beban maksimum 5,670 kilogram
Panjang : 19,5 meter
Tinggi : 4,6 meter
Bobot kosong : 5,330 kilogram
Bobot tempur : 11,000 kilogram
Diameter rotor utama : 16,20 meter
Performance EC 725 Cougar
Kecepatan maksimal : 324 kilometer/jam
Kecepatan jelajah : 285 kilometer/jam
Jangkauan tempur maksimal : 1.325 kilometer
Ketinggian terbang maksimal : 6.095 meter
Kecepatan menanjak : 7,4 meter/detik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar