Jumat, 13 Juni 2014

SBY dikukuhkan sebagai guru besar ilmu pertahanan

Bogor Presiden Susilo Yudhoyono, Kamis sore, dikukuhkan menjadi guru besar bidang Ilmu Pertahanan Nasional oleh Universitas Pertahanan, dalam sidang senat terbuka akademik.

Prosesi ilmiah pengukuhan dia sebagai guru besar itu dimulai di Kampus Universitas Pertahanan, perbukitan Sentul, petang hari ini. Dia menyampaikan orasi ilmiah bertajuk Perdamaian dan Keamanan dalam dunia yang berubah: Tantangan Penyusunan Grand Strategy bagi Indonesia.

Masyarakat ilmiah Universitas Pertahanan Indonesia menilai Yudhoyono berhasil mengkonversi ilmu yang didapat dari pengabdian dan kinerjanya saat menjadi presiden dalam mematangkan demokrasi Indonesia.

Bukan itu saja, penilaian mereka juga hingga kontribusi Yudhoyono terhadap perkembangan strategi pertahanan negara menjadi ilmu yang bisa diterapkan.

Universitas Pertahanan Indonesia saat ini memiliki dua fakultas yaitu Fakultas Strategi Pertahanan dan Fakultas Manajemen Pertahanan.

Fakultas Strategi Pertahanan memiliki tiga Program studi yaitu Strategi Perang Semesta, Damai dan Resolusi Konflik serta studi Perang Asimetris.

Sementara Fakultas Manajemen Pertahanan memiliki lima program studi masing-masing Manajemen Pertahanan, Ekonomi Pertahanan, Manajemen Bencana untuk Keamanan Nasional, Keamanan Energi dan prodi Kemanan Maritim.

Universitas Pertahanan Indonesia menempati kampus di kawasan Sentul, Bogor.


Presiden Yudhoyono dapat gelar profesor bidang pertahanan

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan mendapatkan gelar profesor pertahanan pertama di Indonesia dari Universitas Pertahanan (Unhan) karena dinilai menguasai bidang pertahanan, sekaligus sebagai pelaku pragmatis di bidang pertahanan.


"Pemberian gelar kepada Presiden Yudhoyono paling lambat pada 2014. Gelar profesor pertahanan ini menjadi gelar pertama yang diraih warga Indonesia," kata Rektor Unhan Letjen TNI Subekti, saat melakukan pertemuan dengan media massa di Kampus Unhan, Jakarta, Rabu.


Pemberian gelar profesor pertahanan kepada Presiden, kata dia, dinilai tepat karena jumlah angka kredit (Kum) untuk menjadi seorang profesor hampir memenuhi syarat.

Presiden SBY baru-baru ini juga baru mengajar di Unhan bahkan tercatat sudah mengajar empat kali dalam pertemuan besar.

Selain itu, lanjut Subekti, Presiden Yudhoyono juga sering memberikan arahan-arahan terkait Program
studi yang diajarkan di Unhan.

Yudhoyono juga tergabung bersama sejumlah profesor dari Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Padjadjaran, Institut Pertanian Bogor, Universitas Gadjah Mada, Universitas Airlangga, Universitas Mulawarman, dan sejumlah universitas swasta dalam menggodog program studi pertahanan.

"Presiden juga mendesain kurikulum pascareformasi. Paradigma baru TNI beliau yang menggagas," jelas mantan Direktur Peace Keeping Center atau sekarang disebut Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) TNI tersebut.

Presiden juga dinilai berperan menempatkan TNI yang reformis di era demokrasi dan berjasa menempatkan TNI dalam menerapkan tugas-tugas yang berkaitan dengan keputusan politik, sehingga TNI menjadi alat pertahanan negara yang mantap dan disegani bangsa lain serta dicintai rakyatnya.

"Dilihat dari hal tersebut, Kum yang telah dikumpulkan Presiden SBY memang cukup banyak. Tinggal tugas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang nanti menghitung. Mungkin tahun depan Kum-nya bisa terpenuhi dari sekian Kum yang dibutuhkan untuk diberi gelar profesor," jelasnya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar