Sepanjang pekan lalu dan pekan awal bulan depan ada dua
mata ujian yang telah dan akan dilakoni TNI kita. Yang pertama adalah mata
pelajaran uji nyali di Tanjung Datuk Kalbar.
Dengan mengerahkan sejumlah KRI, sejumlah jet tempur Hawk dan pesawat
UAV berikut pasukan batalyon 641 Raider TNI AD maka pelajaran uji nyali di
Tanjung Datuk lulus dengan mundurnya kapal perang Malaysia. Meski begitu sejumlah KRI tetap bersiaga
disana untuk memastikan “jalannya” kewibawaan teritori NKRI, garda wibawa.
Pada saat yang sama sebenarnya di perairan Ambalat saat
ini sedang berlangsung operasi militer gabungan TNI “Garda Wibawa” yang
melibatkan puluhan KRI dan sejumlah jet tempur dengan dukungan pasukan Kodam
Mulawarman dan Kodam Wirabuana. Operasi militer ini untuk menguji koneksitas
dan integrasi sistem pertempuran antar matra TNI. Ambalat yang dijadikan medan uji simulasi
sistem pertempuran, ternyata Tanjung Datuk menjadi ujian sesungguhnya.
Sekedar membandingkan bedanya perairan Ambalat dengan
Tanjung Datuk adalah, kalau di Ambalat kita yang bangun mercu suar di Karang Unarang
lalu ada gangguan dari kapal perang Malaysia, tetapi pembangunan tetap jalan
terus sampai selesai. Di perairan Tanjung Datuk pihak Malaysia yang berinsiatif
membangun mercu suar di wilayah “abu-abu” itu tetapi dengan ketegasan
hulubalang Republik, pembangunan mercu suar itu akhirnya dihentikan. Pelajaran
dari kedua wilayah ini adalah jangan sekali-kali kita lengah karena sekali lagi
terbukti perilaku jiran sebelah itu memang selalu ingin mencari kelengahan
kita.
Pekan depan tepatnya sepanjang minggu pertama bulan Juni
2014 akan ada pergerakan 16.000 tentara khususnya di pulau Jawa. Pergerakan militer itu dalam rangka menguji
mata pelajaran militer yang lain yaitu uji tempur seluruh matra TNI bersama
senjata-senjata strategis yang dimilikinya.
Setidaknya ada 40 an jet tempur berbagai jenis yang terdiri 8-10 Sukhoi,
6-8 F16, 12 T50, 2 F5E, 3 Super Tucano dan 10-12 Hawk akan bersileweran di
langit Jawa untuk memerankan uji tempur pre emptive strike, menghancurkan musuh
sebelum memasuki wilayah teritori Indonesia.
Musuh anggapan (musang) yang dijadikan target ada di perairan selatan
Jawa yang bermaksud menyerang jantung Indonesia dari “pangkalan militer” dekat
Bengkulu.
Maka segala cara militer dilakukan untuk mengobrak abrik
pangkalan militer musang berkekuatan 1 brigade itu. Mulai dari penembakan peluru kendali udara ke
permukaan dari Sukhoi dan F16, penembakan peluru kendali Exocet MM40 Blok 3
dari KRI Sigma untuk menghancurkan kapal lawan.
Kalau kita melihat serial latihan gabungan yang dilakukan selama 3 tahun
terakhir maka uji tembak senjata strategis yang dimiliki TNI AL sudah dilakukan
mulai dari rudal C705, rudal C802, rudal Yakhont, Torpedo dan terakhir ini
Exocet seri terbaru. Jet tempur Sukhoi
juga akan melakukan pertempuran udara dengan jet tempur musang lalu menembakkan
rudal udara ke permukaan, Vympel KH29.
Puncak dari semua uji tempur dan uji tembak itu akan
berakhir di pantai Asembagus Situbondo dengan serangan pantai ribuan pasukan
Marinir dan akan disaksikan oleh Presiden SBY.
Serbuan pantai ini akan dikawal sedikitnya 30 KRI yang sebagian akan
memuntahkan ratusan isi perutnya berupa tank amfibi BMP3F, PT76, BTR50, RM
Grad, LVT7, Artileri, Roket, Rudal Qw3 dan senjata berat lainnya. TNI AD
menyertakan ribuan prajuritnya bersama alutsista yang dimilikinya seperti tank
Scorpion, Stormer, AMX13, artileri KH179, KH178, panser Anoa, panser Tarantula,
heli tempur Mi35, Mi17, Bell412Ep dan lain-lain.
Meski uji tempur TNI memberikan kegembiraan gahar yang luar
biasa karena kita bisa melihat perkembangan modernisasi TNI selama 5 tahun terakhir
ini namun nilai gentar uji nyali di Tanjung Datuk lebih memberikan kebanggaan
yang membuncah. Karena peristiwa unjuk kerja militer itu nyata, bukan
simulasi. Gerakan kapal perang RI yang
dipimpin oleh KRI Sutedi Senaputra yang baru diperbaharui power dan
persenjataannya bersama manuver Hawk Pontianak dan UAV memberikan efek ciutnya
nyali pihak seberang. Sayangnya banyak media
yang tidak mengekspos peristiwa ini karena sibuk dengan berita pesta
pilpres. Bandingkan dengan berita
Ambalat tempo hari.
Sementara itu terkait dengan uji tempur Latgab tahun ini
perlu juga dicatat, bahwa belum pernah ada dalam catatan sejarah Latgab selama
ini, pelaksanaan Latgab dilakukan dengan frekuensi sesering 4 tahun belakangan
ini. Tahun 2013 ada Latgab besar dengan
3 Hotspot, Sangatta, Flores dan Situbondo.
Lalu tahun ini dilakukan Latgab lagi dengan formula yang berbeda dengan
Latgab sebelumnya. Latgab tahun ini
tidak lagi berpola defensif tetapi mengerahkan semua kekuatan yang ada untuk
menyerang pangkalan militer negara Musang.
Latgab tahun ini mensinergikan kekuatan 3 matra dalam satu
komando tempur gabungan dengan kurikulum baru : gebuk sebelum masuk (pre
emptive strike). Sepertinya ini menguji dulu komando militer gabungan terpadu
sebelum nantinya model pertahanan Kogabwilhan diresmikan Presiden SBY. Sejak tahun 2008 sampai 2014 tercatat ada 4
kali TNI melakukan Latgab berskala besar.
Untuk ukuran Asia Tenggara belum ada negara yang menyaingi kemampuan
Indonesia dalam memobilisasi pasukan dan alutsista dalam jumlah besar yang
dilakukan oleh satu negara.
Kampanye militer Indonesia bukan untuk menakuti negara
tetangganya tetapi ingin mengingatkan negara jiran dan sekaligus rakyat
Indonesia sendiri. Untuk negara jiran
pesannya adalah kekuatan sejumlah ledakan demi ledakan yang dimuntahkan itu
memberi pesan kuat agar berlaku sopan dalam etika berjiran. Sedangkan untuk rakyat kita sendiri sebagai
pertanggungjawaban atas perolehan sejumlah alutsista baru dan
berteknologi. Sekalian mengingatkan pada
semua komponen bangsa bahwa pagar teritori yang dikawal itu sangat luas dan
masih memerlukan sejumlah perkuatan gahar untuk garda wibawa.
****