Setelah
hampir sepuluh tahun dalam penantian, akhirnya mulai tahun 2012 lalu armada Sukhoi
Su-27/Su-30 Flanker TNI AU mulai mendapat asupan alutsista yang
bergigi, setelah sebelumnya hanya beroperasi mengandalkan kanon internal dan bom
konvensional buatan lokal. Ibarat tanpa basa basi, Sukhoi Skadron 11
yang bermarkas di Lanud Hasanuddin, Makassar – Sulawesi Selatan, kini sudah
dibekali senjata pamungkas yang punya efek deteren sangat tinggi.
Diantara
senjata Sukhoi yang sudah terungkap ke khalayak adalah elemen rudal udara ke
permukaan (ASM/air to surface missile) Kh-31P dan Kh-29TE. Kh-31P (AS-17 Kyrpton – kode NATO), rudal
ini masuk dalam golongan mediun range air to surface missile. Kh-31P
dirancang untuk melumpuhkan sistem pertahanan musuh. Untuk itu rudal di desain
memiliki kecepatan sangat tinggi, mampu terbang jauh, anti-radar dan bisa
mematikan penjejaknya saat diserang. Meski didaulat untuk serang permukaan,
rudal ini juga afdol untuk menghancurkan pesawat AWACS.
Kh-31P mampu melaju hingga kecepatan 2,5 Mach dengan jangkauan hingga 110 km.
Lebih detail tentang Kh-31P sudah pernah kami kupas di artikel sebelumnya. Indonesia pun tak sendiri sebagai pemilik
rudal menyeramkan ini, Malaysia dan Vietnam tercatat juga memiliki Kh-31P.
Nah,
hebatnya TNI AU juga berupaya serius untuk memberi efek getar pada segmen ASM,
ini dibuktikan dengan telah hadirnya Kh-29TE. Dari segi peran, Kh-29 punya
kemiripan dengan rudal AGM-65
Maverick buatan Raytheon Corporation,AS. Antara Kh-29 dan Maverick
punya kesamaan, yakni hadir dengan beberapa varian dengan sistem pemandu
(guidance) yang berbeda. Hanya saja dari segi dimensi dan bobot, Kh-29 jauh
lebih tambun. Untuk rudal Maverick, TNI AU memiliki varian AGM-65G
dengan pemandu infra red untuk jet F-16 A/B Fighting Falcon dan Hawk
100/200.
Kh-29TE
Kh-29 dalam kode NATO disebut AS-14 Kedge, dirunut dari sejarahnya bukan rudal keluaran yang baru-baru amat. Varian Kh-29 pertama (Kh-29L) sudah dibangun sejak era Uni Soviet. Rancangan awal Kh-29 dimulai sejak akhir tahun 1970, saat itu Kh-29 dirancang oleh biro desain Molniya di Ukrania. Baru di kemudian hari, pengembangannya dialihkan ke Vympel (Tactical Missile Corporation) di Rusia. Uji coba penembakan pertama berhasil dilakukan pada 1976, dan rudal ini resmi mulai diproduksi pada 1980.
Kh-29 dalam kode NATO disebut AS-14 Kedge, dirunut dari sejarahnya bukan rudal keluaran yang baru-baru amat. Varian Kh-29 pertama (Kh-29L) sudah dibangun sejak era Uni Soviet. Rancangan awal Kh-29 dimulai sejak akhir tahun 1970, saat itu Kh-29 dirancang oleh biro desain Molniya di Ukrania. Baru di kemudian hari, pengembangannya dialihkan ke Vympel (Tactical Missile Corporation) di Rusia. Uji coba penembakan pertama berhasil dilakukan pada 1976, dan rudal ini resmi mulai diproduksi pada 1980.
Dari
segi bobot, Kh-29 buka golongan rudal yang ringan, dari kesemua varian,
beratnya berada diatas 600 kg. Yakni Kh-29L (660 kg), Kh-29T (685 kg), dan
Kh-29TE (690 kg). Bobotnya yang besar tentu bukan tanpa alasan, rudal ini punya
hulu ledak HE (high explosive) armour piercing dengan berat 320 kg. Hulu
ledak dengan detonator impact target sensor ini dirancang untuk mampu
menggasak sasaran yang tak sembarangan. Kh-29 digadang mampu mengancurkan
target strategis, yang jadi santapan rudal ini adalah jembatan utama, instalasi
pabrik, landasan pacu, shelter pesawat, bungker, bahkan rudal ini juga dapat
mengkaramkan kapal permukaan yang bertonase 10.000 ton.
Untuk
menuju sasaran, Kh-29 disokong mesin single-mode solid-fuel rocket yang
mampu menghantarkan rudal hingga kecepatan 1.470 km/jam. Kh-29 ditawarkan dalam
pilihan TV guidance, IR (infra red) guidance, dan laser guidance. Kh-29L
menggunakan pemandu semi active laser, Kh-29T/TE menggunakan pemandu TV pasif,
Kh-29D berpemandu infra red, dan Kh-29MP berpemandu active radar homing.
Dan, untuk TNI AU seperti telah dijelaskan, mengadopsi varian Kh-29TE.
Untuk
Kh-29TE masuk dalam kategori long range dengan jangkauan tembak antara 20 – 30
km. Sementara jarak tembak minimumnya 3 km. Rudal ini tak bisa diluncurkan
sembarangan, batas minimum ketinggian untuk dilepaskannya rudal adalah 200
meter dari permukaan laut, sementara batas maksimum ketinggian dilepaskannya
rudal yakni 10.000 meter. Kh-29TE pun punya versi yang lebih maju, yaitu
Kh-29D, yang disebut-sebut sebagai rudal generasi keempat, mengambil platform
Kh-29TE namun dengan penggantian pemandu imaging infra red, sehingga
rudal dapat dilepaskan dalam moda fire and forget.
Di
AsiaTenggara, Indonesia tak sendiri sebagai pengguna Kh-29TE, lagi-lagi AU Malaysia
(TLDM) dan AU Vietnam juga sudah memiliki rudal serupa. Maklum saja,
karena Malaysia punya Su-30MKM dan Vietnam punya
Su-30MK2V. Lain dari itu, Kh-29 sudah banyak digunakan oleh negara-negara kawan
dekat Rusia. Uniknya Kh-29 bisa juga dilepaskan dari jet tempur barat, yakni
dari Mirage F1 yang dirancang khusus oleh AU Irak. Kiprah aksi tempur rudal ini
sudah malang melintang dalam perang Iran –Irak di dekade 80-an. (Haryo
Adjie)
Spesifikasi
Kh-29TE
Desainer : Matius Bisnovat dan Georgiy I. Khokhlov
Manufaktur : Vympel/ Tactical Missiles Corporation
Berat : 690 kg
Berat hulu ledak : 320 kg
Mekanisme peledakan : Impact target sensor
Panjang : 3,9 meter
Diameter : 0,4 meter
Wingspan : 110 centimeter
Kecepatan : 1.470 km/jam
Jangkauan maks : 30 km
Ketinggian peluncuran minimum : 200 meter
Ketinggian peluncuran maksimum : 10.000 meter
Tenaga : single-mode solid-fuel rocket engine
Tidak ada komentar:
Posting Komentar