JAKARTA-(IDB)
: TNI AD
meluncurkan 15 alat pertahanan hasil riset dengan Universitas Surya yang
didirikan pakar fisika Prof Yohanes Surya. Alat-alat pertahanan itu dari pesawat
tanpa awak alias drone hingga motor yang bisa terbang bak 'Transformers'.
Alat-alat itu dipamerkan di Mabes TNI AD, Jalan Veteran, Jakarta Pusat, Senin (7/4/2014). KSAD Jenderal Budiman meluncurkan alat-alat pertahanan ini di depan Pangdam se-Indonesia melalui teleconference.
"Riset ini pada akhirnya digunakan untuk kemandirian bangsa dan negara, sebab ada yang langsung berguna sebagai alat pertahanan negara. Kemudian dapat bermanfaat untuk negara dan masyarakat. Dengan hasil dari riset ini, kita bisa menghemat pengeluaran negaera karena tidak perlu membeli alat dari luar," kata Jenderal Budiman dalam sambutannya.
Budiman memaparkan beberapa hasil riset itu antara lain open Open Base Transceiver Station (BTS), radio VHF, battle management system (BMS), peralatan konversi BBM ke BBG, GPS tracking system, Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Autopilot alias Drone, simulasi menembak dengan laser gun, jammer perusak sinyal, alat pengendali senjata jarak jauh hingga Roadble Grycopter yaitu motor yang bisa terbang seperti helikopter bak dalam film Transformer.
"Dana dalam riset ini sebesar Rp 31 miliar untuk 15 riset, dana yang
digunakan dari APBN hanya kecil," imbuh Budiman.Alat-alat itu dipamerkan di Mabes TNI AD, Jalan Veteran, Jakarta Pusat, Senin (7/4/2014). KSAD Jenderal Budiman meluncurkan alat-alat pertahanan ini di depan Pangdam se-Indonesia melalui teleconference.
"Riset ini pada akhirnya digunakan untuk kemandirian bangsa dan negara, sebab ada yang langsung berguna sebagai alat pertahanan negara. Kemudian dapat bermanfaat untuk negara dan masyarakat. Dengan hasil dari riset ini, kita bisa menghemat pengeluaran negaera karena tidak perlu membeli alat dari luar," kata Jenderal Budiman dalam sambutannya.
Budiman memaparkan beberapa hasil riset itu antara lain open Open Base Transceiver Station (BTS), radio VHF, battle management system (BMS), peralatan konversi BBM ke BBG, GPS tracking system, Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Autopilot alias Drone, simulasi menembak dengan laser gun, jammer perusak sinyal, alat pengendali senjata jarak jauh hingga Roadble Grycopter yaitu motor yang bisa terbang seperti helikopter bak dalam film Transformer.
Sedangkan pendiri Universitas Surya, Prof Yohanes Surya, mengatakan riset ini adalah hasil dari riset ilmuwan-ilmuwan Indonesia yang dipanggil pulang kampung.
"Ilmuwan kita bisa bersaing dengan negara lain. Ilmuwan hebat kita di negara lain kita panggil pulang, sehingga kita tidak perlu takut. Kita sudah sejajar dengan negara lain," tutur pria yang tenar dalam mendidik anak-anak sekolah dalam Olimpiade Fisika Internasional dan banyak di antaranya menjadi pemenang.
Riset
Teknologi TNI AD Habiskan Anggaran 31 M
Tentara
Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) melansir sejumlah hasil riset
berbasis teknologi tinggi di kantor Markas besar TNI AD (Mabesad), Senin (7/4).
Dalam risetnya, TNI AD menggandeng sejumlah lembaga atau instansi akademik,
salah satunya Universitas Surya.
Kepala
Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal (TNI) Budiman, menjelaskan, pengembangan
teknologi, terutama yang bergerak di bidang kemiliteran wajib dikembangkan guna
menunjang fungsi dan tugas prajurit di Indonesia.
"Pengembangan
teknologi untuk mendorong prajurit melaksanakan tugas. Dari hasilnya, kami
tidak lagi berpikiran untuk membeli dari luar negeri. Kami memiliki kualitas
yang lebih baik dibanding produk yang dibeli selama ini," kata Budiman.
Dijelaskan,
selama ini TNI AD menaruh harapan sangat besar pada penelitian dan pengembangan
pertahanan (Litbanghan). Semua dilakukan untuk mendukung rekayasa teknologi
modern di lingkungan TNI AD. Dalam kerja sama antara TNI AD dengan Surya
University, menghabiskan anggaran dana hingga Rp 31 miliar.
Beberapa
hasil program litbanghan TNI AD Tahun 2014, baik yang bekerja sama dengan pihak
lain maupun hasil rancang bangun sendiri, di antaranya seperti yang dilakukan
Direktorat Perhubungan Angkatan Darat yang melaksanakan pengembangan Litbang
Nano Satelit, open BTS (Base Transceiver Station).
Selain
itu juga dikembangkan Mesh Networking Communication System, Radio VHF produk PT
CMI Teknologi, Battle Management System (BMS).
Untuk
Pusat Penerbangan Angkatan Darat melaksanakan kegiatan litbang Gyrocopter.
Sedangkan Direktorat Peralatan Angkatan Darat laksanakan Litbang Konversi BBM
ka BBG, simulasi modifikasi mobil tempur antipanas dan simulasi senjata api
anti panas.
Di
Direktorat Perbekalan dan Angkutan Angkatan Darat melaksanakan kegiatan litbang
energi mandiri. Direktorat Topografi Angkatan Darat laksanakan kegiatan litbang
Global Positioning System (GPS), Tracking System APRS (Automatic Package
Reporting System, multirotor, Flapping Wing Air Vehicle.
Untuk
dinas penelitian dan pengembangan Angkatan Darat, laksanakan kegiatan litbang
UAV (Unmanned Aerial Vehicles) Autopilot, Simulasi menembak dengan laser gun,
Integrated Optronics defence system.
Sedangkan
untuk Zeni TNI AD laksanakan pengembangan jammer perusak sinyal, penyala
ledakan fungsi ganda, alat koreksi perkenaan senapan lapangan, serta alat
pengendali senjata jarak jauh.
Dengan
adanya pengembangan kerja sama dengan semua pihak, Kasad berharap hasilnya akan
dapat dimaksimalkan untuk mendukung tugas-tugas operasional TNI AD dalam rangka
menjaga keutuhan NKRI.
Pendiri
sekaligus Rektor Surya University, Yohanes Surya, menjelaskan, pada tahun 2010,
aplikasi paten internasional dari Indonesia hanya 13 buah. Sangat jauh jika
dbandingkan dengan Korea (10.446), Tiongkok (16.403), Jepang (38.873), dan
Amerika Serikat (48.896).
Saat ini,
ditegaskan, sudah waktunya Indonesia melakukan terobosan besar untuk
mengakselerasi perkembangan riset di tanah air. Terobosan tersebut kini sudah
dimulai melalui kerjasama dengan TNI AD.
Tahap
pertama kerjasama dimulai dengan 15 program riset. Dalam riset ini, para
peneliti Surya University melatih para tentara untuk mengerjakan riset secara
bersama-sama.
"Ambil
contoh pada pembuatan nanosatelit. Tentara dilatih untuk belajar membuat
nanosatelit dari nol. Merakit, menyolder, membuat program elektronika, dan
lain-lain. Semua dikerjakan sendiri," kata Yohanes Surya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar